Kamis, 10 Mei 2012
Rabu, 09 Mei 2012
MULTIPLE TRIP VEHICLE ROUTING PROUBLEM (MTVRP)
Definisi: Menentukan sejumlah rute untuk sekumpulan kendaraan identik yang
harus melayani sejumlah customer dari depot pusat
Tujuan: Meminimalisasi jarak tempuh dan jumlah kendaraan
2. Algoritma FFD (First-Fit-Decreasing)
harus melayani sejumlah customer dari depot pusat
Tujuan: Meminimalisasi jarak tempuh dan jumlah kendaraan
Algoritma- Algoritma MTVRP
1. Algoritma Self-Developed pada MTVRP
3. Algoritma SPMU
3. Metode Insertion Heuristic
4. Metode Brandao and Merces
5. Algoritma Genetika
6. Algoritma Tabu Search
7. Algoritma Clark and Wrigh
8. Algoritma Ant Colonyc System (ACS)
9 Algoritma Nearest Insertion Heuristic
10.Algoritma Cheapest Insertion Heuristic
PENGENDALIAN KUALITAS PROSES STATISTIK DATA ATRIBUT C-CHART
C Chart dalam Pengendalian
Kualitas Statistik
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk pengendaliaan kualitas adalah
peta control (control chart). Di mana peta kontrol dapat digunakan
untuk:
- Mengetahui apakah telah terjadi perubahan proses produksi.
- Mendeteksi adanya penyebab-penyebab yang mempengaruhi proses.
- Membuat standar suatu proses.
Variasi kualitas produk sering timbul. Dalam proses produksi ada dua
jenis variasi yang timbul dalam proses produksi, yaitu (Montgomery, 2001):
- Assignable cause adalah variasi yang dapat dicari sumber-sumber penyebabnya dan ini harus dihilangkan. Misalnya kualitas bahan baku tidak homogen, petunjuk kurang jelas, kondisi mesin kurang baik.
- Random (common cause) adalah variasi natural (variasi yang tak dapat dilacak sumber - sumbernya) dan variasi jenis ini tak dapat dihilangkan 100%, tetapi diminimalkan. Salah satu contoh adalah kualitas bahan baku dibuat sehomogen mungkin, tingkat ketrampilan operator diupayakan sama.
Peta kontrol dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu peta kontrol atribut
dan peta kontrol variabel. Karakteristik kualitas yang dapat diukur dan
dinyatakan secara kuantitatif dinamakan variabel, sedangkan kualitas yang
dinilai sebagai sesuai atau tidak sesuai (cacat) dinamakan atribut. Peta
kontrol memberikan informasi tentang kemampuan proses, nilai parameter proses
yang penting, dan stabilitas terhadap waktu sehingga memberikan taksiran
kemampuan proses. Informasi ini
sangat
berguna bagi perancangan produk dan proses. Pengertian atribut dalam
pengendalian kualitas berkaitan dengan karakteristik kualitas yang dapat
digolongkan atas baik (diterima) dan cacat (ditolak). Salah satu peta kontrol
atribut yaitu Peta kontrol c (c chart), yaitu peta kontrol untuk jumlah
ketidaksesuaian (number of nonconformities), mempunyai kegunaan yang
jauh lebih terbatas.
Perbedaan antara barang
yang Taksesuai dan Ketaksesuaian
Barang yang Taksesuai adalah barang yang dalam beberapa hal gagal
memenuhi satu atau lebih spesifikasi yang ditetapkan . Setiap kejadian dari
kurangnya kesesuaian barang terhadap spesifikasi adalah Ketaksesuaian.
Setiap barang yang taksesuai berisi satu atau lebih ketaksesuaian
bilamana memungkikan untuk menghitung jumlah semua ketaksesuaian dalam setiap
barang , atau dalam setiap kelompok dalam jumlah yang sama dari barang-barang
yang sama, mungkin beralasan untuk menggunakan teknik bahkan kendali
berdasarkan distribusi poisson.
Bagan c berlaku bagi sejumlah ketaksesuaian dalam subgroup berukuran
konstan. Setiap subgroup untuk bagan c biasanya merupakan barang tunggal;
peubah c adalah jumlah ketaksesuaian yang diamati dalam satu barang. Tetapi
subgroup bagan c dapat merupakan dua atau lebih barang. Hal itu dapat berarti
bila ukuran subgroup konstan dalam pengertian bahwa subgroup-subgrup yang
berbeda mempunyai peluang yang sama bagi kemunculan ketaksesuaian. Bila peluang
kemunculan ketaksesuaian berubah dari subgroup ke subgroup tersedia bagan y
untuk ketaksesuaian per unit.
Batas-Batas Untuk Bagan
c Didasarkan pada distribusi poisson
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa
batas eksponensial, binomial poisson berguna bukan hanya sebagai batas binomial
tetapi juga sebagai distribusi probabilitas itu sendiri.
Dalam banyak jenis barang yang
diproduksi di pabrik kesempatan munculnya ketaksesuaian banyak sekali, walaupun
kesempatan munculnya ketaksesuaian pada satu titik adalah kecil. Jika hal ini
benar menurut teori statistik adalah tepat untuk mendasari batas-batas kendali
dengan asumsi bahwa distribusi poisson dapat diterapkan. Batas-batas pada bagan
kendali c didasarkan pada asumsi ini.
Suatu item yang tidak
memenuhi syarat atau yang cacat dalam proses pengendalian kualitas
didefinisikan sebagai tidak memenuhi satu atau lebih spesifikasi standar untuk
item tersebut maka item tersebut akan dikategorikan cacat atau tidak memenuhi
syarat. Penggolongan produk cacat berdasarkan kriteria di atas kadang-kadang
untuk jenis produk tertentu dianggap kurang representatif, karena mungkin saja
suatu produk masih dapat berfungsi dengan baik walaupun satu atau lebih titik
spesifikasi yang tidak memenuhi spesifikasi.
Beberapa contoh jenis ketaksesuaian dimana bagan c dapat diterapkan adalah
sebagai berikut:
- C adalah jumlah paku keeling yang tak sesuai pada pesawat terbang atau badan pesawat terbang.
- C adalah jumlah kerusakan pada titik-titik lemah dalam isolasi pada panjang tertentu yang diisolasi bila diuji pada tegangan tertentu.
- C adalah jumlah ketidaksempurnaan permukaan yang diamati dalam lembaran yang dilapisi seng atau yang di cat, disepuh , atau diberi lapisan email pada daerah tertentu.
- C adalah jumlah “ biji” (kantongan udara kecil)yang diteliti dalam botol kaca.
- C adalah jumlah ketaksempurnaan yang diteiti dalam satu gulungan kayu bahan baju.
- C adalah jumlah ketaksempurnaan permukaan dalam segulung kertas berlais atau selembar film foto.
Travelling Salesman Problem
Traveling Salesman Problem (TSP) adalah
permasalahan untuk mencari rute terpendek yang dapat dilalui untuk mengunjungi
beberapa kota tanpa harus mendatangi kota yang sama lebih dari satu kali.
1. Nearest
Neightbour Heuristik
Metode
ini dapat digunakan untuk menentukan sikel Hamilton dengan total jarak
terpendek. Metode ini sangat sederhana dan lebih banyak digunakan daripada
metode lain yang dalam menyelesaikan masalah TSP. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1.
Pilih sembarang titik sebagai titik awal dari lintasan.
2.
Pilih titik dengan sisi yang terkait yang memiliki bobot minimum.
3.
Dari titik baru, pilih titik yang belum terpilih pada lintasan dengan bobot
sisi minimum. 4. Kembali lakukan langkah 3 sampai semua titik telah termuat dalam lintasan. Selanjutnya hubungkan titik awal dengan titik akhir sehingga terbentuk sikel.
2. Cheapest
Insertion Heuristik
Metode ini dapat
digunakan untuk menentukan sikel Hamilton dengan jumlah bobot yang minimum.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Pilih sembarang
titik sebagai titik awal dan siklus S hanya terdiri dari titik awal tersebut.
2. Cari titik j di luar
S sehingga Cij minimum dan membentuk sikel tertutup {(i, j), (j, i)}.
3. Pemilihan. Cari
titik k (bukan dalam sikel) yang terdekat ke sembarang titik di S.
4. Penyimpanan. Cari
sisi (i, j) dalam sikel dengan Cik + Ckj – Cij yang memiliki nilai minimum,
masukkan k di antara i dan j sehingga diperoleh (i, k) dan (k, j).
5. Jika sikel telah
terisi oleh semua titik maka terbentuklah sikel Hamilton sehingga iterasi
berhenti.
3. Metode
Koloni Semut
Algoritma
Koloni Semut terinspirasi oleh tingkah laku semut pada saat mencari
makan.Intinya adalah komunikasi tak langsung antar semut. Semut memiliki zat
khusus yang disebut pheromone, yang digunakan oleh semut untuk
memeberikan jejak pada jalan yang dilewati,dan juga sebagai komunikasi antar
semut. Semut akan memilih salah satu jalan, yaitu jalan yang terdapat banyak pheromone
yang menunjukkan bahwa jalan tersebut banyak dilewati oleh semut lain,
sehingga akan lebih cepat untuk mencapai sumber makanan dan kembali ke sarang.
Pembahasan dari algoritma Koloni Semut untuk menyelesaikan masalah Travelling
Salesman Problem (TSP), adalah sebagai berikut:
a.
bi (t) (i=1,2,3,… n) adalah banyaknya
semut pada kota I dalam waktu t.
b.
m =
adalah jumlah semua semut pada semua kota
dalam waktu t.
c.
di j adalah jarak lintasan yang
menghubungkan antara kota i dan kota j
adalah intensitas lintasan sisi (I,j)
dalam waktu t.
Masing-masing
semut pada waktu t akan memilih kota berikutnya, sehingga waktunya akan menjadi
t+1. Yang dimaksud 1 iterasi dari algoritma Koloni Semut ini adalah satu kali
perjalanan pergi-pulang yang dilakukan oleh satu semut pada interval (t, t+1),
dan intensitas lintasan akan diperbaharui dengan rumus,
dengan adalah koefisien penguapan
lintasan antara waktu t dan t+n, nilai (0 <1). n= 1,2,…,q, dengan q
adalah banyaknya rute yang mungkin dilewati
=
,
dengan
adalah banyaknya pheromone yang
ditinggalkan oleh k-semut pada sisi (I,j) dalam waktu t dan t+n,
Q adalah
konstanta relatif banyaknya lintasan yang dilewati oleh semut, nilai Q € (0, 10,
100, 1000) dan Lk panjang sisi yang dibuat oleh k-semut. Hasil yang diharapkan
adalah rute terpendek yang diperoleh dari banyaknya pheromone yang
ditinggalkan oleh masing-masing semut pada setiap jalan yang
dilewatinya.(Dorigo, 1996).
4. Cheapest
Link
Langkah-langkah:
1. Dalam metode ini kita tidak memilih
simpul awal yang memilih link atau sisi
dengan bobot terkecil pada graph.
2. Kita
memilih sisi dengan bobot
terkecil kedua (sisi ini tidak perlu berbagi dengan ujung simpul
sebelumnya). Lakukan teruslangkah ini, kecuali kita menolak setiap sisi jika:
1) membentuk sebuah "hubungan pendek" (sirkuit yang bukan Hamilton sirkuit) , atau
2) mengakibatkan 3 pertemuan sisi di simpul yang sama.
1) membentuk sebuah "hubungan pendek" (sirkuit yang bukan Hamilton sirkuit) , atau
2) mengakibatkan 3 pertemuan sisi di simpul yang sama.
3. Telah terpilih n-1 sisi, yang
ujung-ujungnya membentuk lintasan Hamilton.
Lalu untuk sisi terakhir kita pilih satu sisi yang menggabungkan dengan simpul terakhir.
Lalu untuk sisi terakhir kita pilih satu sisi yang menggabungkan dengan simpul terakhir.
5. Algoritma Brute Force
6.Algoritma DFS
Algoritma
bruteforce menyelesaikan masalah TSP dengan cara:
-
Mengenumerasi semua Sirkuit Hamilton
dari graf lengkap TSP,
-
Menghitung bobot setiap sirkuit Hamilton
yang ditemukan pada langkah 1,
-
Memilih sirkuit Hamilton yang mempunyai
bobot terkecil.
Karena algoritma ini menghitung bobot
untuk setiap Sirkuit Hamilton yang mungkin terjadi, maka kompleksitasnya
sebesar jumlah Sirkuit Hamilton untuk graf lengkap bersimpul n yang dimulai
dari sebuah simpul, yakni permutasi dari n buah simpul = n1* ... * 1 = (n1)!.
Maka, kompleksitasnya adalah O(n!)
6.Algoritma DFS
Algoritma DFS untuk menyelesaikan TSP
adalah seperti ini:
-
Bangun sebuah pohon yang cabangnya
berupasimpul pada graf, Lakukan metode DFS pada tiap cabang sampai semua simpul
dipilih (tidak ada yang dipilih dua kali),
-
Hitung bobotnya,
- Lakukan langkah ke2 dan ke3 sampai
seluruhsimpul asal telah dipilih. Apabila pada waktu membangkitkan simpul anak
ternyata tidak lebih kecil dari minimum sementara, maka simpul tersebut
dimatikan (tidak diekspansi lebih lanjut).
Label:
Penerapan Graph
Lokasi:
Sumbersari, Malang, Indonesia
SHORTEST PATH (LINTASAN TERPENDEK)
SHORTEST PATH (LINTASAN TERPENDEK)
Jika diberikan sebuah graph berbobot, masalah lintasan terpendek adalah bagaimana kita mencari sebuah jalur pada graph yang meminimumkan jumlah bobot sisi pembentuk jalur tersebut.
Terdapat bermacam persoalan lintasan terpendek antara lain:
1. Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu (a pair shortest path).
2. Lintasan terpendek antara semua pasanggan simpul (all pairs shortest path).
3. Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain (single-source shortest path).
4. Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul tertentu (intermediate shortest path).
3.Algoritma Bellman-Ford
4.Algoritma Branch and Bound (B&B)
5.Algoritma Koloni Semut
6.Algoritma Floyd-Warshall
7.Algoritma Genetik
8.Algoritma Perkalian Matriks
9.Algoritma Label Correcting (Pengoreksian Label)
10.Algoritma A*
11.Algoritma PHA
12.Algoritma Johnson
13.Algoritma Exhaustic Search
14.Algoritma UCS ( Uniform Cost Search )
Jika diberikan sebuah graph berbobot, masalah lintasan terpendek adalah bagaimana kita mencari sebuah jalur pada graph yang meminimumkan jumlah bobot sisi pembentuk jalur tersebut.
Terdapat bermacam persoalan lintasan terpendek antara lain:
1. Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu (a pair shortest path).
2. Lintasan terpendek antara semua pasanggan simpul (all pairs shortest path).
3. Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain (single-source shortest path).
4. Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul tertentu (intermediate shortest path).
Algoritma-Algoritma Shortest Path
1.Algoritma Greedy
2. Algoritma Djikstra1.Algoritma Greedy
3.Algoritma Bellman-Ford
4.Algoritma Branch and Bound (B&B)
5.Algoritma Koloni Semut
6.Algoritma Floyd-Warshall
7.Algoritma Genetik
8.Algoritma Perkalian Matriks
9.Algoritma Label Correcting (Pengoreksian Label)
10.Algoritma A*
11.Algoritma PHA
12.Algoritma Johnson
13.Algoritma Exhaustic Search
14.Algoritma UCS ( Uniform Cost Search )
Penyelesaian
Masalah
Single Pair
1. Algoritma Greedy
Langkah-langkah:
a. Menentukan titik
sebagai
titik
awal
dan titik
tujuan.
b. Evaluasi
semua
sisi
yang terkait
dengan
titik
awal.
c. Pilih
sisi
dengan
bobot
yang paling minimum.
d. Maka
diperoleh
titik
baru
yang terhubung
langsung
dengan
titik
awal.
e. Dimulai
dari
titik
yang diperoleh
pada
langkah
4, ulangi
langkah
2 hingga
sampai
ke titik tujuan.
2. Algoritma Djikstra
1.Beri nilai bobot (jarak) untuk
setiap titik ke titik lainnya, lalu set nilai 0 pada
node awal dan nilai tak
hingga terhadap node lain (belum terisi)
2.Set
semua node “Belum terjamah” dan set node awal sebagai “Node
keberangkatan”
3. Dari
node keberangkatan, pertimbangkan node tetangga yang belum terjamah
dan hitung
jaraknya dari titik keberangkatan.
4. Saat kita selesai
mempertimbangkan setiap jarak terhadap node tetangga,
tandai node yang telah
terjamah sebagai “Node terjamah”. Node terjamah tidak
akan pernah di cek
kembali, jarak yang disimpan adalah jarak terakhir dan yang
paling minimal
bobotnya.
5.Set “Node belum
terjamah” dengan jarak terkecil (dari node keberangkatan)
sebagai “Node
Keberangkatan” selanjutnya dan lanjutkan dengan kembali ke step 3
3. Algoritma Exhaustic Search
Mencari lintasan terpendek dengan
Exhaustive Search yaitu
dengan mengenumerasi setiap lintasan
yang mungkin dengan cara yang sistematis.
Dari setiap kemungkinan tersebut dievaluasi satu persatu,
selanjutnya
bandingkan setiap lintasan yang telah dievaluasi, lintasan yang memberikan
nilai terkecil
merupakan lintasan terpendek yang kita cari.
Langganan:
Postingan (Atom)